“Gerakan Anti Pelit” upaya untuk memajukan ekonomi masyarakat di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar)

Pendahuluan 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Sebanyak kurang lebih 260 juta penduduk Indonesia hidup dengan beragam budaya dan tersebar dibeberapa pulau di Indonesia. Jumlah penduduk yang banyak selaras dengan melimpahnya sumberdaya alam yang ada di negara ini. Dengan banyaknya Sumberdaya alam yang ada di Indonesia diharapkan dapat digunakan untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2. Ilustrasi yang tercantum dalam pasal tersebut sampai sekarang tidak menunjukkan bahwa negeri ini makmur, karena masih banyak daerah daerah yang termasuk kategori terdepan, tertinggal dan terluar (3T). Daerah yang termasuk kategori tersebut diatur kedalam Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131/2015 tentang penetapan daerah tertinggal 2015-2019. Dua kriteria yang masuk kedalam sektor ekonomi yaitu perekonomian masyarakat dankemampuan keuangan daerah.

Kehidupan sosial dimasyarakat Indonesia sejak zaman dulu terkenal dengan sifat gotong royong. Sifat seperti harus ditumbuhkan kembali ketika bangsa ini ingin maju. Sifat gtong royong sangat dibutuhkan di era disrupsi seperti sekarang karena kerjasama sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan zaman.. sikap seperti harus dikembalikan lagi kedalam tubuh bangsa Indonesia karena sangat penting didalam mendukung kemajuan bangsa. Salah satu bentuk sikap gotong royong dapat kita tunjukkan dalam gerakan anti pelit. Gerakan gerakan seperti ini sangat penting dalam membawa indonesia kearah yang lebih maju. Mengutip perkataan Anies Baswedan dalam acara Mata Najwa “Indonesia tidak butuh program tetapi Indonesia butuh gerakan”. Gerakan pada dasarnya mengajak, dan program terkungkung oleh sistem. Maka sangat memungkinkan kita melahirkan sebuah gagasan gerakan karena kita dapat mengajak masyarakat terlibat langsung dalam menjawab persoalan bangsa.
Kehidupan ekonomi suatu bangsa sangat menentukkan kemajuan suatu bangsa, kendala seperti ketimpangan, kejahatan sosial dapat dikurangi dengan memajukan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 diperkirakan naik mencapai 5,3% menurut Dana Moneter Internasional (IMF). Kenyataan yang terjadi bahwa peningkatan ekonomi di Indonesia sudah mencapai 5,1% tahun ini. Faktor eksternal menjadi salah satu dorongan utama pertumbuhan saat ini terutama melalui kenaikan harga komoditas. Selain itu, ada faktor meningkatnya ekspor dan investasi yang diharapkan bisa memperkuat daya saing.

Untuk menjaga kestabilan ekonomi pun meningkatkan ekonomi Indonesia penulis menawarkan ide yaitu menciptakan “Gerakan Anti Pelit” sebagai upaya mecegah terjadinya pengurangan nilai konsumsi masyarakat. Dasar dari gerakan ini yaitu Teori “Paradox of thrift” ataupun dapat disebut Paradox berhemat adalah suatu keadaan perekonomian dimana pengeluaran agregat adalah penentu utama keseimbangan pendapatan nasional, kenaikan dalam tabungan yang seterusnya mewujudkan pengurangan dalam konsumsi dan pengeluaran atau pembelanjaan agregat, akan merendahkan tingkat pendapatan nasional yang dicapai. Maka dari itu melalui gerakan ini diharapkan mampu mendongkrak ekonomi Indonesia ke arah yang lebih maju. 

Implementasi Gerakan

Melihat adanya daerah yang termasuk kategori 3T di Indonesia seperti contohnya  Kab. Bima, Bima memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Terdiri dari daerah pantai dan pegunungan yang mengelilinginya, sudah barangtentu anugerah ini dapat dijadikan alat untuk memajukan perekonomian Bima. tetapi kenyataannya data dari BPS Kab. Bima ditahun 2017 masih ada 15,10% penduduk Kab. Bima yang hidup dibawah garis kemiskinan. Upaya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu sudah bermacam macam seperti menarik para investor dan pelatihan pelatihan terhadapa para petani agar kualitas panen tinggi.

Implementasinya yaitu kita dapat mengajak masyarakat dengan ajakan dari pemegang otoritas setempat dan kampanye tentang “paradox of thrift”. Pemerintah setempat juga dapat menggunakan cara cara yang sudah dimanipulasi atau kreatif. Pemerintah dapat mencanangkan program satu desa satu donatur dari kumpulan orang orang kaya yang ada didaerah. karena kendala dari kemajuan ekonomi daerah 3T yaitu kekurangan modal.

Output Gerakan

Gerakan ini tidak akan berlangsung dan optimal ketika masyarakatnya tidak dapat diajak kerjasama. Karena sebuah gerakan menjadi nyata ketika orang orang disekitar ataupun berbagai pihak ikut andil mengambil bagian dalam proses gerakan tersebut yang nantinya akan menjadi awal dari kemajuan ekonomi suatu daerah tertinggal. Melalui gerakan ini juga akan membantu pemerintah dalam pemerataan ekonomi dan juga keberlangsungan ekonomi nasional stabil atupun bisa jadi meningkat. Karena sejatinya gerakan ini dasarnya adalah paradoks berhemat.













 

Komentar